Tentu saja akan berbeda, jika ada ustadz menyampaikan keutamaan sholat dhuha untuk mengundang rezeki padahal dia sendiri hidup mengandalkan amplop (ngetop, ngepop, ngeplop) dibanding Sandi Uno yang menyuruh sholat dhuha sementara dia sendiri pengamal dan prestasinya jadi pengusaha no 27 terkaya Indonesia?
Oke, secara ilmu ekonomi, apa yang dilakukan para entrepreneur tsb (lebih jelas bisa follow di twitter @ipphoright, @sandiuno, @saptuari dan lain-lain) memang telah menggunakan prinsip-prinsip ilmu manajemen. Pola marketing mereka oke punya, mereka buat buku, pelatihan, promo di social media dan lain-lain. Lalu mereka sendiri jadi bukti empiris kemajuan karena propaganda yang mereka laksanakan dan buktikan sendiri.
Membaca buku 7 Keajaiban Rezeki dan Percepatan Rezekinya Ippho Santosa saya menangkap sebuah pola baru mendakwahkan sebuah nilai dan ajaran yakni bersedekah. Karena muatannya ekonomi, maka mengkampanyekan sedekah memang akan terasa lebih membumi, ditengah masyarakat muslim yang dikuasai logika kapitalisme dalam menjalankan aktivitas ekonominya. Bagaimana Ippho menangkap pesan-pesan dari hadits, ayat qur'an dan sejarah lalu mengimplementasikannya dalam bentuk ilmu otak kanan yang terstruktur. Melahirkan hukum-hukum sederhana yang mudah dicerna. Efeknya? luar biasa dahsyat .. selain buat Ippho yang jelas makin laris buku dan pelatihannya setiap orang menjadi semakin bergairah dan semangat menggabungkan antara menjalankan bisnis dengan kedermawanan. Ini akan menjadi efek pengganda perekonomian sekaligus merubah mindset beramal.
Sungguh, mungkin kita akan lebih rajin dan tekun beribadah jika kita sudah merubah mindset kita.