Kamis, 30 Juli 2009
Cash or Credit
Hari ini pagi-pagi sekali bergegas ke kantor pos..setoran terakhir.."selamat ya pak, setoran terakhir ya", kata petugas pos. "usil amat" pikirku. Yup, ini pembayaran terakhir kreditan motorku setelah 34 bulan yang 'melelahkan' gaji dipotong tiap bulan untuk bayar cicilan si black.
Di dekade terakhir ini, orang makin mudah mendapatkan barang yang dibutuhkannya, selalu ada fasilitas kredit untuk apapun. Mobil, motor, rumah, komputer, kulkas, bahkan panci (kalo yg ini sejak jaman dulu--spesialisasi orang Tasik) dapat dicicil dengan uang muka pula. Ada yang mendapat manfaat positif karena dapat mengatur 'cashflow', tapi ada yang keteteran sampai harus berhadapan dengan debt collector ( penagih utang) karena cicilan yang tidak dibayar tepat waktu, yang terakhir ini sebagian karena termanjakan untuk mencicil sesuatu yang sebetulnya tidak mampu dia bayar atau sungguh barang-barang yang belum prioritas.
Memutuskan untuk mencicil atau beli cash tergantung dari kebutuhannya dan kemampuan kita mengendalikan keluar dan masuknya uang. Ibarat credit card kartu ini berguna untuk mempermudah pembayaran sehingga tidak perlu membawa uang kas dalam jumlah terlalu banyak (terlalu beresiko), mengeluarkan uang secara rapi dan tercatat. Tapi bagi sebagian kalangan hal ini akan menjebak pada budaya konsumtif yang liar, tidak sadar belanja sampai mendekati limit kredit. Tidak sedikit yang memiliki pengalaman buruk dalam masalah utang piutang akibat credit card. Jadi harus bagaimana?
Tidak ada masalah dengan segala sistem layanan perbankan atau lembaga pembiayaan yang manapun, semua disajikan dan anda yang memutuskan. Seperti memutuskan membeli dengan kas atau mencicil. Kalau anda sejenis orang yang kesulitan mengatur pengeluaran, atau memiliki cukup dana untuk menutup seluruh biayanya, atau memang tidak memiliki alternatif penyaluran dana dalam bisnis atau yang lainnya, maka membayar cash adalah perkara yang bijak. Anda tidak berurusan dengan pihak-pihak debitor, yang kadang-kadang memiliki 'timing' yang berbeda dengan kita. Tetapi kalau anda seorang yang memiliki alternatif penggunaan dana untuk keperluan lain seperti expenses lain yang lebih mendesak atau memutarkannya untuk bisnis, barangkali melakukan pembelian secara kredit bisa jadi lebih tepat. Anda bisa menyalurkan dana yang anda punya untuk diinvestasikan atau diputar dalam bisnis yang memiliki return lebih besar daripada kelebihan atau bunga yang harus anda bayar ke lembaga pembiayaan yang menjadi vendor barang anda.
Terbukanya peluang leasing (yang pada awalnya ada di pabrik-pabrik untuk barang-barang yang nilainya besar) kini sudah dapat dinikmati oleh para bisnisman sebagai alternatif pembiayaan penyediaan aset operasional perusahaan. Mungkin lebih menguntungkan mengambil leasing untuk penyediaan kendaraan operasional daripada dengan membelinya. Anda tidak akan berurusan dengan beberapa akun penyusutan disini, apalagi kalau anda memutuskan untuk menyewa aset saja. Untuk rumah tangga dengan kemampuan yang minim untuk membeli secara kas, akan mempercepat pemilikan aset yang dibutuhkan untuk menunjang kehidupan. Memang ada yang
kurang sepakat dengan urusan sewa guna ini, karena urusan bunganya, tapi selama belum ada alternatif yang syar'i apalagi untuk kepentingan yang produktif maka bagi saya hal tersebut tidak menjadi masalah.
Cash atau Credit adalah urusan mengatur cashflow anda, semoga lebih bijak dalam mengelola keuangan.
Selasa, 28 Juli 2009
Anak-anak generasi
Sabtu, 11 Juli 2009
Merencanakan Keuangan
Financial Planning di Indonesia belum menjadi subjek yang terlalu dikenal dalam khazanah pemikiran ekonomi masyarakat. Masih sedikit keluarga atau individu Indonesia yang ngeh dengan topik ini. Safir Senduk adalah salah satu tokoh yang cukup mempopulerkan bidang ini, dalam satu rubriknya di sebuah tabloid wilayah pembahasan baru berputar pada praksis pengaturan keuangan keluarga dalam jumlah yang masih sedikit. Belum ramainya bidang ini dibicarakan mungkin karena 'perencanaan' belum menjadi bagian yang melekat pada seluruh keluarga Indonesia. Untuk sebagian keluarga yang well educated ada beberapa yang telah begitu rapi merencanakan keuangannya, tapi untuk kebanyakan yang lain belum.
Ada beberapa sebab aktivitas merencanakan keuangan belum memasyarakat:
- Sebagian besar masyarakat (hampir 100 juta) berada pada garis kemiskinan. Alasan yang wajar karena kalo anda belum memiliki uang, apanya yang harus direncanakan? Nampak benar, padahal justru karena ada masalah keuanganlah yang menyebabkan aktivitas perencanaan ini menjadi penting. Harus ada visi yang kuat pada pengelola pendidikan di Indonesia terutama pemerintah untuk menjadikan materi ini ke dalam kurikulum sekolah. Pelajaran ekonomi yang ada belum aplicable. Pada tataran ini yang penting adalah pengetahuan mengenai prioritas pengeluaran, mempersiapkan akumulasi kekayaan melalui penggunaan uang secara cermat dan lain-lain.
- Budaya manajemen kehidupan belum menjadi konsep diri masyarakat Indonesia. Manajemen keuangan adalah bagian dari habit yang harus dibangun, ini bagian dari membangun karakter bangsa. Rencanakan dengan baik hidup anda maka masalah uang akan menjadi bagian didalamnya.
- Belum berkembangnya budaya ilmiah. Di negara yang relatif maju dengan tingkat pendapatan per kapita yang cukup tinggi sebanding dengan budaya ilmiahnya, termasuk didalamnya budaya memanfaatkan ilmu dalam kepentingan rumah tangga. Peran budaya dan agama memegang peranan penting disini.
- Belum ada sosialisasi yang cukup. Bidang politik lebih banyak membentuk masyarakat kita karena begitu banyak event dan sosialisasi yang terjadi, disini peran media sangat diharapkan untk mempercepat perkembangannya.
Perencanaan keuangan adalah suatu aktivitas seseorang atau keluarga sehubungan dengan keuangannya agar kebutuhan finansialnya dapat tercapai pada suatu saat. MIsalnya keinginan memiliki rumah, pergi haji, pemenuhan biaya pendidikan anak dan lain-lain.Orang yang tidak melakukan perencanaan keuangan kemungkinan besar akan mengalami defisit keuangan di kemudian hari (sound familiar dengan anggaran negara ya), sebaliknya orang yang melakukan perencanaan keuangan akan mengalami surplus keuangan. Sebuah survey yang dilakukan oleh AC Nielsen menunjukkan bahwa hampir 70% eksekutif di Indonesia akan mengalami masalah keuangan di hari tua. Nah mulai sekarang rencanakan keuangan anda!
Sebagai langkah awal, anda perlu belajar mengenai sedikit pengantar ilmu akuntansi bagaimana mengelola neraca, cashflow dan lain sebagainya. Lebih baik juga jika anda tambahkan pengetahuan tentang investasi, alternatif alternatif keuangan masa kini , hal tersebut akan memberikan masukan yang baik pada perencanaan keuangan anda.
Kamis, 09 Juli 2009
SBY lagi..
Sebagai bagian dari gerbong koalisi, saya ikut juga cawe-cawe ngurus 'pemenangan' SBY, ngurus logistik DPD, nyiapin saksi-saksi (yang ga jadi..karena di DPC ku katanya jatah Demokrat). Akhirnya terjadilah ... seperti diduga SBY menang lagi.. yang ga terduga JK kalah dengan mudah. Anehnya saya ga bahagia tuh 'jago' saya menang..satu-satunya yang membuat senang adalah karena saya udah cukup taat sama keputusan qiyadah..eh ada satu lagi, saya senang karena jagonya Dada Rosada kalah!! (ya apapun yang membuat dada rosada --walikota Bandung itu--kalah, saya senang)
Kalo Persib kalah..saya kasian sama Persib..tapi seneng karena Dada-lah yang harus tanggung jawab.Hmm Paradok.
Mudah-mudahan hajatan kemarin memberi banyak manfaat untuk kita (apalagi kader). Mudah-mudahan SBY bisa lebih baik, di episode kepemimpinan yang kedua ini mudah-mudahan dia tetap serius. Ga kayak DADA ROSADA!!! payah!!!
Langganan:
Postingan (Atom)