Hampir setiap lembar dalam al qur'an mencantumkan kalimah taqwa dengan berbagai varian bentuknya, itu menunjukkan betapa pentingnya kalimah ini. Apa pengertian taqwa? Suatu ketika Umar bin Khathab bertanya kepada Ubay Bin Ka'ab, "wahai Ka'ab terangkan padaku apakah arti taqwa?" Ubay menjawab,"Wahai Amirul Mu'minin, pernahkah engkau melalui sebuah jalan yang banyak durinya?". "Tentu pernah" kata Umar, "apa yang kau lakukan pada waktu itu?" tanya Ubay. Umar menjawab,"Aku akan berhati-hati agar tidak terkena duri". Ka'ab kemudian berkata, "Wahai Amirul Mu'minin, itulah taqwa". Berhati-hati agar kita tidak terjatuh pada kemungkaran dan kesalahan atau dalam pengertian yang lebih dikenal taqwa adalah menjalankan seluruh perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Diantara faktor-faktor yang akan menumbuh suburkan taqwa adalah:
Diantara faktor-faktor yang akan menumbuh suburkan taqwa adalah:
- Mu'ahadah (mengingat perjanjian), "dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji..." (An Nahl 91) salah satu jalan menuju taqwa adalah apabila kita senantiasa mengingat perjanjian kita dengan Allah swt, diantara janji yang telah kita ucapkan adalah syahadat, perjanjian untuk hanya menyembah Allah dan hanya kepadanya kita minta pertolongan. Setelah perjanjian ini maka kita diwajibkan untuk mewujudkan janji-janji tersebut dalam aplikasinya.
- Muroqobah (merasakan kesertaan Allah), yaitu merasakan keagungan Allah di setiap waktu dan keadaan serta merasakan kebersamaan-Nya dikala sepi maupun ramai. Ada beberapa macam muroqobah yakni:muroqobah dalam melakukan ketaatan dengan ikhlash kepada-Nya,muroqobah dalam kemaksiatan dengan taubat, penyesalan dan meninggalkannya secara total,muroqobah dalam hal-hal yang mubah dengan menjaga adab,muroqobah dalam musibah dengan ridho atas ketentuan Allah serta memohon pertolongan_nya dengan penuh kesabaran. Ketika seseorang selalu merasa diawasi oleh Allah swt maka besar kemungkinan dia akan menahan diri untuk melakukan ma'shiyat karena rasa takutnya kepada Allah.
- Muhasabah (introspeksi diri), hendaklah seorang mu'min menghisab dirinya ketika selesai melakukan amal perbuatan..apakah tujuan amalnya untuk mendapat ridho Allah? atau apakah amalnya dimasuki sifat riya? Umar bin Khathab ra mengatakan, "hisablah diri kalian sebelum kalian di hisab.."
- Mu'aqobah (pemberian sanksi), ketika suatu kali kita lalai maka berikan sanksi kepada diri sebagai bagian dari kifarat kita akan dosa yang kita lakukan. Ketika Umar ra asyik berkebun sampai lupa melaksanakan sholat ashar berjamaah Umar mewakafkan kebunnya karena dianggap telah melalaikannya dari sholat Ashr berjama'ah.
- Mujahadah (optimalisasi), bersungguh-sungguh melakukan amal sholeh dengan amalan terbaik dan seringkali harus memaksakan diri untuk memulai sebuah amal yang baik menjadikan kita hamba yang terus menjadi lebih baik setiap waktunya, bukankah Rasulullah saw bersabda "orang yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin, dialah orang yang beruntung." Allahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar