Jumat, 03 Desember 2010
Krakatau Steel, "Kasus" of The Month
Kasus apa yang paling menghebohkan (tentang ekonomi) bulan ini? ciri kasus yang menghebohkan adalah kalau orang-orang politik ikut meributkannya, heboh itu adalah tentang IPO-nya Krakatau Steel.IPO adalah initial public offering yaitu penawaran saham perdana. Yang membuatnya heboh adalah disinyalir ada 'pengaturan' dalam penjualannya sehingga menguntungkan beberapa orang tertentu, ada yang bilang politikus partai tertentu atau ada juga yang bilang wartawan tertentu. Konon juga karena harga saham yang dijual sangat underpriced, dengarkan (tepatnya bacalah)komentar salah satu politikus berikut:
“Kasus ini masih banyak menyisakan tanda tanya besar di masyarakat dan disinyalir telah terjadi alokasi penjualan IPO yang menguntungkan sekelompok orang saja,” ujar Ketua Kelompok Fraksi F-PKB DPR RI, Unais Ali Hisyam dalam siaran persnya, Rabu petang(1/12). Unais menegaskan, penjualan saham perdana PT Krakatau Steel dengan harga Rp 850 per lembar saham dinilai underpriced karena sangat tidak masuk akal ditinjau dari empat hal. Yaitu, sebelum penetapan harga IPO, PT KS telah berekspektasi harga saham berada di kisaran Rp 950-Rp 1.000 per saham.
Kedua, imbuh Unais, ditinjau dari keadaan pasar saham di Indonesia, saat itu sedang mengalami trend strong bullish, ini dapat terlihat dengan trend nilai IHSG yang terus melaju dan mencetak rekor baru yang menguat 4,4 persen dan berhasil menembus level psikologis 3.500 di akhir bulan Oktober lalu. Hal lainnya, terlihat dari sisi pasar saham di Indonesia yang sedang mengalami bullish market, permintaan baja dunia kemungkinan rebound (berbalik naik) tahun ini, tumbuh 13,1 persen setelah kontraksi pada 2009, dan akan mencapai rekor tinggi pada 2011. Menurut Asosiasi Baja Dunia (WSA) dari keadaan pasar baja yang akan rebound ini pun akan menjadi janggal jika saham perdana IPO KS ditawarkan murah.
Pertimbangan keempat, laporan keuangan Krakatau steel yang menunjukan kinerja yang sangat baik dan positive dengan mencatatkan laba operasional hingga semester I-2010 sebesar Rp 1.218,8 miliar, dari yang sebelumnya mengalami kerugian sebesar Rp 1.142,7 miliar. “Dari sini tampak jelas bahwa seharusnya saham IPO KS tidak berada pada harga yang underprice dengan harga Rp850 tersebut,” jelas Unais. Maka, lanjutnya, F-PKB DPR RI mendesak DPR untuk membentuk Pansus IPO Krakatau Steel agar bisa memeriksa para underwriter yakni PT Mandiri Sekuritas, PT Bahana Securities, dan PT Danareksa Sekuritas dan para direksi PT KS yang meyebabkan harga perdana yang ditawarkan dengan harga pada posisi underpriced.
Bincang-bincang masalah IPO, yang seharusnya menjadi perhatian adalah bahwa industri baja bisa dikatakan sebagai mother industry, yang menjadi sumber pengembangan industri-industri yang lain, so seharusnya industri seperti ini dimiliki oleh negara, jangan dijadikan industri milik swasta. Contohlah POSCO di Korea yang jadi sumber pengembangan industri otomotif disana. Sekarang, industri apa sih yang tidak pake baja dalam pengembangannya? Menjualnya dalam sebuah aktivitas go publik sangat barat dan kapitalis, jangan-jangan ada agenda tersembunyi di balik itu semua. Who Knows? jadi yaa hati-hati aja ya...
Powerhouse, garda depan perusahaan unggul
Kendati bangsa kita membutuhkan banyak UKM untuk membangun perekonomian, tidak salah kiranya kalau kita memiliki perusahaan superbesar yang kita sebut sebagai sebuah powerhouse. Powerhouse adalah sebuah rumah besar berbentuk badan usaha yang mengayomi puluhan hingga ratusan ribu orang, baik sebagai karyawan (langsung), maupun sebagai pemasok. Dampaknya sangat besar bagi perekonomian. Peter Drucker mengatakan bahwa melewati abad ke 20 perusahaan akan menjadi institusi terpenting. Dan powerhouse akan menjadi perusahaan yang paling penting diantara seluruh populasi perusahaan pasca abad ke 20.
Ada 3 ciri besar powerhouse yaitu: merupakan lokomotif ekonomi, ukurannya yang besar (big size) dan iconic. Dari ketiga ciri tersebut untuk kasus Indonesia nampaknya Pertamina memenuhi syarat untuk menjadi powerhouse. Cuman..apakah powerhouse juga berarti ia menjadi perusahaan idaman masyarakat? Diskusi yo...
Ya, kalau Rhenald Kasali mengidentifikasi Pertamina sebagai powerhouse-nya Indonesia. Kondisi itu telah terdiagnosa oleh lembaga dunia seperti IMF atau Bank Dunia. Kabarnya pada tahun 2002, pernah sebuah lembaga dunia melayangkan surat kepada Menteri Keuangan Indonesia yang isinya meminta Pemerintah memecah Pertamina menjadi perusahaan kecil-kecil. Untungnya ditengah kelemahan kita di lobi internasional, keinginan tersebut tidak pernah dipenuhi, hal yang sama pernah terjadi pada industri baja di Korea Selatan, sebuah perusahaan yang bernama POSCO pernah diminta untuk dipecah-pecah (kira-kira apa coba maksudnya?), ternyata POSCO kemudian menjelma menjadi perusahaan powerhouse yang diperhitungkan di tingkat dunia.
Keunggulan utama powerhouse terletak pada efisiensi dan inovasinya. Kalau ia dikelola dengan baik, ia dapat juga memiliki kemampuan untuk menciptakan kebutuhan yang belum pernah dipikirkan oleh manusia. Sebutlah telepon selular, pada tahun 1980-an siapa yang mengira bahwa pada suatu waktu di masa depan ponsel akan begitu terjangkau dan trendi. Saat itu ponsel hanya mampu dimiliki kalangan jetset dengan desain seukuran bata merah. Sebagai negara yang besar, Indonesia butuh ikon di dunia internasional untuk mewakili wajah perekonomian Indonesia. Dan yang lebih penting, agar dengan simbol tersebut orang pada tau dimanakah itu Indonesia. Jangan sampai ada yang bertanya, "Kalau Indonesia itu ada di sebelah mananya Bali ya?" Grrrhhh..
Langganan:
Postingan (Atom)