Jumat, 03 Desember 2010

Powerhouse, garda depan perusahaan unggul



Kendati bangsa kita membutuhkan banyak UKM untuk membangun perekonomian, tidak salah kiranya kalau kita memiliki perusahaan superbesar yang kita sebut sebagai sebuah powerhouse. Powerhouse adalah sebuah rumah besar berbentuk badan usaha yang mengayomi puluhan hingga ratusan ribu orang, baik sebagai karyawan (langsung), maupun sebagai pemasok. Dampaknya sangat besar bagi perekonomian. Peter Drucker mengatakan bahwa melewati abad ke 20 perusahaan akan menjadi institusi terpenting. Dan powerhouse akan menjadi perusahaan yang paling penting diantara seluruh populasi perusahaan pasca abad ke 20.


Ada 3 ciri besar powerhouse yaitu: merupakan lokomotif ekonomi, ukurannya yang besar (big size) dan iconic. Dari ketiga ciri tersebut untuk kasus Indonesia nampaknya Pertamina memenuhi syarat untuk menjadi powerhouse. Cuman..apakah powerhouse juga berarti ia menjadi perusahaan idaman masyarakat? Diskusi yo...

Ya, kalau Rhenald Kasali mengidentifikasi Pertamina sebagai powerhouse-nya Indonesia. Kondisi itu telah terdiagnosa oleh lembaga dunia seperti IMF atau Bank Dunia. Kabarnya pada tahun 2002, pernah sebuah lembaga dunia melayangkan surat kepada Menteri Keuangan Indonesia yang isinya meminta Pemerintah memecah Pertamina menjadi perusahaan kecil-kecil. Untungnya ditengah kelemahan kita di lobi internasional, keinginan tersebut tidak pernah dipenuhi, hal yang sama pernah terjadi pada industri baja di Korea Selatan, sebuah perusahaan yang bernama POSCO pernah diminta untuk dipecah-pecah (kira-kira apa coba maksudnya?), ternyata POSCO kemudian menjelma menjadi perusahaan powerhouse yang diperhitungkan di tingkat dunia.

Keunggulan utama powerhouse terletak pada efisiensi dan inovasinya. Kalau ia dikelola dengan baik, ia dapat juga memiliki kemampuan untuk menciptakan kebutuhan yang belum pernah dipikirkan oleh manusia. Sebutlah telepon selular, pada tahun 1980-an siapa yang mengira bahwa pada suatu waktu di masa depan ponsel akan begitu terjangkau dan trendi. Saat itu ponsel hanya mampu dimiliki kalangan jetset dengan desain seukuran bata merah. Sebagai negara yang besar, Indonesia butuh ikon di dunia internasional untuk mewakili wajah perekonomian Indonesia. Dan yang lebih penting, agar dengan simbol tersebut orang pada tau dimanakah itu Indonesia. Jangan sampai ada yang bertanya, "Kalau Indonesia itu ada di sebelah mananya Bali ya?" Grrrhhh..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar