Senin, 26 Juli 2010
Abah Iwan
Saya menyebut diri saya Abah Iwan di profil blog ini, selain saya memang punya hak karena punya nama Iwan dan saya udah punya anak, tetapi sejatinya nama itu menjadi lebih membanggakan karena ada nama terkenal yang telah menggunakannya yakni Abah Iwan (Abdurachman). Sejak lama, terutama sejak saya mendengarkan konsernya suatu malam di tahun 1998an pada acara di pesantren Daarut Tauhid Bandung, saya terkagum-kagum dengan sosok ini. Dalam sebuah rekaman di acara Rapimnas PKS saya menyimak tadabburnya tentang alam. Yang menarik, hidupnya memang meng-alam. Sampai kini, diusianya yang 62, Abah Iwan masih bisa naik gunung bahkan rencananya tanggal 26 Juli ini Abah iwan ikut ekspedisi dengan Wanadri ke Kilimanjaro. Bagian yang menjadi tafakur dan perhatian saya adalah bagaimana ceritanya dan caranya Abah Iwan bisa mempertahankan gaya hidupnya, tetap di alam, rumah di tengah hutan kecil (yang jelas butuh biaya), jalan-jalan kesana kemari (yang pastinya butuh dana yang besar) serta tetap bugar di usianya (yang tentunya butuh biaya untuk menjaga kesehatan).
Abah Iwan memang sangat mungkin untuk mendapat royalty dari lagu-lagunya, mengisi acara (dengan kemampuan tadabbur dan gitarnya), dan beliau punya jaringan yang luas ditambah hidupnya yang bersahabat dengan alam menyebabkan Abah menjadi orang yang Easy Going. Dari beberapa keadaan tersebut nampaknya saya punya hipotesis bahwa ada beberapa modal yang dimiliki Abah Iwan, dan mungkin juga kita harus punya bekalan tersebut yakni:
1. Aset/Investasi yang menghasilkan royalti, dividen, sewa dan lain-lain. Konsep Kiyosaki tentang ini cukup bisa diterima, maka model pencarian uang untuk mengumpulkan aset tersebut harus yang kompatibel, bukan hanya soal skill tapi harus juga dikembangkan cara berpikir entrepreneur. Barangkali pada waktu menulis lagu dan melakukan perjalanan Abah Iwan tidak berpikir untuk mengumpulkan aset, tetapi pada titik tertentu akan ditemukanlah selahnya.
2. Skill, kemampuan khas yang layak jual, tidak peduli berapa usia kita pada saat itu. Kemampuan yang khas juga cukup menarik menjadi pembeda antara kita dan masyarakat banyak. Sebagai penulis lagu balada selain pelaku kepencintaalaman menyebabkan karya-karya Abah akan sarat makna, sekaligus mampu menerangkan kembali karena karyanya adalah hasil pendalaman. Bukan sesuatu yang yang dibayang-bayangkan di studio atau di kamar, dia adalah hasil dari perjalanan yang dilihat dengan cara unik. "merahnya jalan-jalan di Kota bandung oleh bunga flamboyan yang berguguran menginspirasi saya untuk mengabadikannya dalam untaian lagu" begitu kurang lebih Abah Iwan pernah berujar. Memiliki skill yang unik harus disertai penghayatan, inilah yang dibutuhkan oleh kita untuk menentukan dengan apa kita ingin dikenal.
3. jaringan yang luas, selain pencipta lagu, perambah hutan, Abah Iwan juga penerjun, pesilat dan berbagai aktivitas lain. jaringan yang luas menjadi modal besar untuk membangun aset diri dan ketenangan di masa depan. Dalam sudut pandang bisnis, membangun jaringan adalah sebuah strategi yang cerdas.
4. Cara pandang kita terhadap hidup. Dan inilah yang penting, kalau 3 langkah diatas, maka banyak orang yang mengetahui dan mempraktekkannya, sedangkan tentang bagaimana cara memandang hidup maka ini adalah buah dari kearifan. Hati penuh rasa syukur dengan hangatnya mentari di pagi hari, atau tetesan embun sebagai kesejukan pembawa berkah adalah buah dari tafakur dan tadabbur yang panjang. Ber-iqtishod akan lebih anggun jika disertai dengan penghayatan.
Memahami kembali dan mengambil hikmah dengan jalan hidup yang dijalani Abah Iwan adalah sebuah kenikmatan tersendiri. Karena ada pelajaran disitu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar