Bismillah, saya akan mulai lagi menulis di blog ini. Awalnya blog ini akan saya buat khusus untuk menuliskan pikiran saya mengenai ekonomi. Sebisa-bisanya saya sajalah, tidak usahlah itu memaksakan diri. Tapi karena ekonomi dalam pandangan Islam tidak pernah terlepas dari masalah akhlak atau masalah tantangan hidup keseharian, maka cukup eloklah juga apabila saya tambahkan dari renungan-renungan sehari-hari. Untungnya, blog saya ini saya nyatakan tidak sah sebagai referensi, jadi kamu jangan protes dengan apapun pikiran yang saya curahkan disini, okey? deal?
Membaca dan menelusuri buku "Ilusi Demokrasi" karya Zaim Saidi dan tulisan-tulisan Syekh Abdal Qadir Ash Shufi dan muridnya Dr Umar Vadillo, mendorong saya untuk ikut juga berperan serta menelaah dan mendalami bab yang satu ini. Nyatanya memang Iqtishod bukanlah bagian yang terkotak-kotak dalam ajaran Islam. Melaksanakan rukun zakat secara sempurna misalnya, akan memberikan dampak yang strategis buat bangunan Islam secara keseluruhan.
Saya harus mulai berdisiplin, disiplin hanya memasukkan masalah iqtishad dan pernak-perniknya di blog ini, tanpa harus secara narsis menampilkan hal-hal yang bersifat pribadi, tidak perlulah itu, karena tidak ada sesuatu yang spesial dari diri saya. lagian apa anda mau repot-repot melihat atau diganggu dengan masalah pribadi saya.
Akhir-akhir ini saya sedang terpengaruh oleh buku gilanya H Pidi Baiq, tentang "Drunken Monster" dan "Drunken Molen" jadinya saya menulis dengan perasaan lebih senang hati, tapi tidak perlulah itu dibahas terlalu jauh, toh penerbit juga sudah memperingatkan saya kalau buku-buku tersebut memang berbahaya.
Mudah-mudahan tulisan-tulisan saya ini tidak akan menyakitkan otak ilmiah anda, terutama para ekonom yang sudah mapan, toh saya membuat judul blog ini Iqtishoduna, jadi ngga ada hubungannya dengan anda kan?
[dago, 20 Juli 2010]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar