Selasa, 20 Juli 2010
Drunken "Pidi Baiq" Monster
Awal juli lalu adik ipar saya menikah lalu dibawalah oleh suaminya pindah ke rumah suaminya yang Doktor itu, tidak perlulah anda tersinggung kalau anda tidak diundang, toh anda tidak kenalkan? Lagian yang menikah kan bukan saya. Singkat cerita, diantara tumpukan buku adik saya itu ada buku 'Drunken Monster' dan 'Drunken Molen'(mengenai judulnya yang diawali dengan Drunken saya tidak pernah mempermasalahkannya walaupun mabuk itu diharamkan agama, toh Pidi tidak betul-betul menganjurkan kemabuk-mabukan).
Entahlah kenapa saya berharap bahwa tulisan yang ada di buku-buku tersebut adalah kisah nyata, saya juga tidak mengerti kenapa begitu mengharapkan ada orang yang 'rada gila' tapi dapat menyampaikan pesan yang baik-baik. Karena saya ingin disiplin bicara tentang Iqtishad maka saya suka sama Haji Pidi yang begitu baik hati membagi-bagikan uang. Pidi bilang alasannya adalah karena dia memang sudah kaya jadi tidak perlulah itu berhemat-hemat, karena toh dia udah dapat pangkalnya. Karena saya baik, maka saya akan merekam kebaikan Pidi dalam hal bagi-bagi uang. Pidi memberi uang lembaran 50.000 pada petugas cleaning service yang ngasih tau kalau udah BAB itu harus pijit tombol untuk menyiram sisa buangan, ngasih tukang ojeg yang mau ngantar nyari Dukun Nyegik fiktif di daerah Dago Atas, negasih tukang rujak uang waktu mau ngambilin kunci mobil yang tertinggal di dalam, memborong dagangan surabi, dan lain lain, pokoknya kalau benar Pidi itu seperti dia adanya, hebatlah, baik banget.
Dalam konsepsi kita, apa yang dilakukan Pidi adalah gerakah sedekah, filantropi atau apapun jua namanya yang jelas ini adalah kebaikan. Sebagaimana yang sering dikampanyekan oleh seorang ustadz (siapa namanya? koq saya lupa ya) bahwa sedekah akan menghasilkan berlipat-lipat balasan dari Allah. Uniknya Pidi tidak mengatakan bahwa kebaikannya itu dalam rangka menghadirkan pembalasan dari Allah yang berlipat-lipat. Memang, kalau mau berbuat baik mah yaa berbuat sajalah, motivasi mendapatkan balasan sama saja dengan cara beribadahnya pedagang, tidak mau jualan kalau tidak untung.
Sedekah atau kebaikan sejenis kepada sesama akan menyebabkan distribusi kekayaan mengalir secara bagus, kesenjangan dan kecemburuan karena mendapatkan rezeki yang berbeda akan terkikis. Beginilah seharusnya cara seorang muslim bersyukur atas karunia rezeki dari Allah swt. Kalau zakat mempunyai unsur pemaksa agar sistem bergulir dengan baik, (yang namanya hukum memang harus memiliki kekuatan memaksa), maka bersedekah adalah gambaran tauhid seseorang bahwa harta itu adalah memang milik Allah, kita sekedar dititipi, makanya kita tidaklah perlu merasa rugi andai rezeki itu bergulir ke tangan orang lain lewat kita, bahkan harus merasa untung, karena kita menjadi jalan kebaikan untuk orang lain. Barangsiapa yang menjadi jalan kebaikan untuk orang lain, maka ianya akan mendapat pahala yang berlimpah.
Murah hatinya seseorang mengeluarkan harta adalah gambaran kezuhudan, tidak terlalu bergembira ketka rezeki datang dan tidak bersedih ketika harta harus dikeluarkan. Bukankah ini sistem yang cantik dalam Iqtishod? tidak akanlah lagi Bang Haji Rhoma bersenandung miris "Yang kaya makin kayaaa yang miskin makin miskin". jadi banyak hal yang dapat kita catat dan camkan betapa kemurah hatian adalah salah satu pondasi yang penting seorang muslim dalam membangun kemakmuran tauhid dan hartanya. Bravo Bang Pidi..ikhlas yaa. Ke Drunken-an Pidi harus menjadi cambuk buat kita, karena angka kemiskinan kaum muslim masih menunjukkan angka yang besar, tidak perlu riset-riset yang susah untuk mengetahui bahwa yang tercitrakan kaya adalah negara-negara Barat yang belum Islam (semoga mereka segera diberi hidayah), sedangkan Arab yang kaya (syeikh Arab mulai mencaploki klub-klub sepakbola di Inggris) belum menunjukkan sebagai kekayaan umat Islam, tapi justru gambaran ketimpangan yang sesungguhnya. Di tengah gelimangan harta mereka, masih banyak orang yang kelaparan. Seandainya ada distribusi kekayaan ke kantong-kantong kemiskinan di negeri muslim tentunya akan membuat kemiskinan kronis di negara muslim akan terkikis habis. Ahh tapi mereka kan bukan bang Pidi.. namanya tidak pake Baiq pula [tubagus ismail]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar