Kesuksesan menjadi semacam bidadari cantik yang diinginkan oleh siapapun, ada yang galau karena tidak nyampe-nyampe dengan kesuksesan. Ada juga yang tidak galau karena tidak pernah tahu dan tidak merencanakan kesuksesan, baru tersadar ketika telah mencapai suatu kondisi. Sukses, adalah cerita yang banyak dikabarkan orang--tapi kata Jamil tadi jika anda hanya ingin sukses mungkin anda akan tetap galau dan resah karena ternyata sukses yang anda raih bukanlah yang persis anda bayangkan sebelumnya.
Jadi yang orang butuhkan terlebih dahulu adalah tujuan hidup. berbicara tentang tujuan hidup, seseorang harus mengetahui sejarah dirinya, rencana perjalanan dan terminal akhir yang akan dicapainya. Ini kemudian kita kenal sebagai Konsep Diri. Sebuah cara pandang kita terhadap diri sendiri, subjektif maupun objektif yang dengan cara pandang yang utuh tersebut kita memahami apa tujuan-tujuan yang ingin dicapai, apa passion kita, apa target hidup, bagaimana gambaran akhir kehidupan yang kita ingin capai. Syukur-syukur segala tujuan tersebut bisa dicapai dalam usia muda.
Memahami konsep diri, harus dimulai dari pemahaman tentang siapa kita, apa kelebihan kita, apa kekurangan kita, bagaimana citra unik dan sidik jari kehidupan kita. Dalam kemanusiaan kita, membuat perencanaan hidup haruslah mengaitkan segala sesuatunya dengan Allah swt yang menciptakannya. Tidak mungkin kita melepaskannya, karena jika itu dilakukan maka akan terjadi kekurangutuhan --yang kemudian oleh Jamil Zaini disebutkan--jikapun kita sukses mungkin tetap akan menyisakan kegalauan. Tidak galau jika kita benar-benar mulia, siapa yang memberi cap mulia? Ya Allah yang melekatkannya, karena Dia-lah yang menetapkan standarnya.
Nah..bagaimana kita merumuskan konsep diri kita? kita harus memahami 4 realitas besar yakni bahwa misi hidup kita telah ditetapkan (given) kita hanya perlu menyadari bukan mencari bahwa TUJUAN HIDUP KITA ADALAH UNTUK BERIBADAH itulah Missionnya. Lalu apa Visi kita? bukan hanya kaya raya tapi kebaikan di dunia dan di akhirat lalu dijauhkan dari neraka. Itu Vision kita. Realitas kedua adalah kita harusmenyadari bahwa Allah telah memberikan usia sebagai waktu kerja kita. Keterbatasan waktu yang disediakan menyebabkan kita harus bekerja produktif secepat mungkin, kelalaian dan kemalasan menyebabkan kita makin jauh mengabaikan modal kerja berupa waktu. Kita disebut produktif apabila satu satuan waktu kita terkonversi menjadi satu satuan kerja.
Realitas ketiga adalah kenyataan bahwa kita punya potensiyang unik yang harus kita temukan dan kembangkan sampai batas maksimal. Boleh jadi kita akan mengalami masa coba-coba menemukan potensi diri kita yang dengan potensi tersebut kita akan menemukan jalan paling cepat ke titik sukses. Dan realitas terakhir kita dihadapkan pada takdir sejarah kita yang berperan dalam membentuk Aku Diri kita. Kitalah yang bertugas menemukan momentum sejarah kita. Nah.... dengan memahami realitas-realitas tersebut kita akan memiliki penyikapan yang tepat terhadap hidup.
Barulah kemudian kita akan menyusun rencana-rencana hidup kita berdasarkan pemahaman diatas. Maka bergerak menuju penetapan rancangan tadi adalah sebuah perjalanan menuju kesuksesan (dan kemuliaan).