Minggu, 09 Oktober 2011

Sedekah Rombongan


Di twitter, saya memfollow @saptuari, liat TL-nya saya bisa menyimpulkan bahwa Raden yang Oraningrat ini merupakan pebisnis yang cukup kreatif. Uniknya, bersama beberapa motivator, mas Sap berhasil memboomingkan semangat bersedekah, pokoknya agar kaya maka bersedekah. Terserah beberapa kritik yang mengatakan bahwa syariat menjadi kering dengan kehadiran generasi ini, tapi daripada hanya mendiskusikan dan menzikirkan dalam tataran teori lebih baik membuat action macam ni. Bagaimana serombongan uang kas mengalir kearah kaum papa yang jelas ini akan menghadirkan kondisi perimbangan ekonomi yang baik. Jika gerakan model ini mengakar dan mempengaruhi begitu banyak orang maka kondisi ekonomi secara makro akan semakin baik berhubung kesenjangan ekonomi akan dipersempit.

Perekonomian yang memiliki nurani sangatlah membahagiakan. Inilah yang disebut Qaradawi bahwa ekonomi adalah cita-cita ilmu dimana akhlak dihadirkan dalam aktivitas-aktivitas berekonomi. Dalam gerakan #sedekah rombongan, seakan-akan amal sholeh dan pahalnya divisualkan, membuat beberapa orang yang kelihatannya awam syariat menjadi terpengaruh dan terdorong mengikuti gerakan ini. Bagai gerakan Muhamad Yunus yang membangkitkan usaha mikro kecil di Bangladesh.

Sosial media selain mampu menghilangkan kejenuhan, telah berhasil mengangkat omzet bisnis Maicih sampai angka milyaran, tapi juga bermanfaat sangat untuk mensosialisasikan nilai-nilai baik dengan komunikasi intens. Pesan-pesan baik disampaikan atas nama pertemanan. Seorang pakar dan Ilmuwan tidak lagi menjadi menara gading ketika setiap orang dapat mem-follow terus menerus pemikirannya. Ide dan pemikiran akan teruji disini.

Di buku Rhenald kasali, tentang Wirausaha Muda Mandiri disebutkan bahwa teknik ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi) sangat efektif untuk mempercepat sebuah ide dan kreatifitas berjalan. Untuk percepatan ekonomi, duplikasi ini nampaknya harus didorong untuk melipatgandakan daya ledak ekonomi menuju kesejahteraan. Terkadang, ekonom harus membebaskan dirinya dari kungkungan teori ekonomi yang rigid, tidak out of the box. Ekonomiharus mendapatkan wadah kreativitas yang baik sehingga menimbulkan variasi yang menawan. Anis Matta menyebut ilmu sosial bagaikan bermain air, basah ditangan tapi susah digenggam. Dia susah digenggam ketika tidak bertemu dengan realitas. Ilmu sosial butuh pengejawantahan yang nyata dan kontinyu. Kreativitas-kreativitas langkah ini bagaikan super multiflier effect yang bagus menjadi pengungkit perekonomian sebagai alat kesejahteraan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar