Lihatlah Thailand yang menjadi sangat permisif terhadap Laddy Boy (Banci yang merubah kelaminnya jadi perempuan), menjadi negara dengan budaya yang sangat asing di Asia Tenggara. Terlalu bebas. Tentu saja kita tidak menginginkan efek-efek itu terjadi. Bagaimana agar pariwisata tetap marak tapi infiltrasi budaya tidak kebablasan?
Mau tidak mau masyarakat kita harus memiliki karakter yang sangat kuat sehingga yang terjadi adalah para wisatawan yang mengikuti budaya yang ada, bukan sebaliknya budaya kita tergadaikan karena lembaran dollar. Disini dibutuhkan strategi yang terpadu lintas departemen. Departemen Pariwisata jangan dibiarkan sendirian, karena disana akan berhubungan dengan Departemen Perhubungan yang mengatur moda yang compatible dengan peningkatan wisatawan asing, ada peran Departemen Pekerjaan Umum yang membangun infrastruktur sehingga perjalanan pariwisata menjadi lancar jaya. Ada juga urusan Diknas yang harus membuat pembentengan yang sangat memadai dengan mengokohkan karakter bangsa dan anak-anaknya.
Kita harus berhitung ulang disini, jangan sampai pembangunan yang terjadi adalah pembangunan tanpa arah menyedot sumberdaya dengan semena-mena dan seenak-enaknya tanpa memperhatikan side effect-nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar